DOKTER

Cara Tepat Menjaga Kesehatan Tulang Anak Menurut Dokter

Cara Tepat Menjaga Kesehatan Tulang Anak Menurut Dokter
Cara Tepat Menjaga Kesehatan Tulang Anak Menurut Dokter

JAKARTA - Banyak orang baru menyadari pentingnya kesehatan tulang ketika usia sudah tidak muda lagi.

 Padahal, menurut para ahli, masa kanak-kanak justru merupakan waktu paling krusial untuk membangun tulang yang kuat.

Tulang ibarat tabungan jangka panjang: apa yang ditanam saat muda akan menentukan kekuatan tubuh di masa tua.

Hal ini disampaikan oleh dr. Frieda Susanti, Sp.A(K), PhD, anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 

Dalam webinar Gangguan Perkembangan Tulang pada Anak, ia menegaskan bahwa masa anak-anak dan remaja adalah waktu penting bagi tubuh untuk menabung kekuatan tulang.

“Anak dan remaja sedang dalam fase pertumbuhan tulang yang aktif. Di masa inilah kita bisa menabung kekuatan tulang untuk masa depan,” ujar dr. Frieda.

Masa Anak dan Remaja: Fase ‘Menabung Tulang’ yang Tak Terulang

Menurut dr. Frieda, proses pertumbuhan tulang terbagi dalam dua fase besar. Saat anak-anak hingga sekitar usia 18 tahun, tubuh sedang aktif melakukan bone modeling yakni pemanjangan dan penebalan tulang. Setelah dewasa, proses tersebut berhenti dan berganti menjadi bone remodeling, yaitu pergantian jaringan tulang lama dengan yang baru.

Puncak kepadatan tulang atau peak bone mass biasanya dicapai saat seseorang berusia 20–30 tahun. Setelah itu, secara alami kepadatan tulang mulai menurun.

“Kalau di masa anak-anak tulangnya tidak kuat atau kepadatannya rendah, maka di usia tua lebih mudah mengalami osteoporosis,” kata dr. Frieda.

Itu sebabnya, menjaga kesehatan tulang sejak dini sama pentingnya dengan menjaga kesehatan jantung atau otak. Nutrisi yang tepat, aktivitas fisik cukup, serta gaya hidup sehat menjadi kunci utama agar pertumbuhan tulang anak berlangsung optimal.

Faktor-Faktor yang Menentukan Kekuatan Tulang Anak

Kesehatan tulang anak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagian memang tidak bisa diubah, seperti genetik, jenis kelamin, dan ras. Namun sebagian besar lainnya dapat dikontrol melalui kebiasaan dan pola hidup sehat. Berikut beberapa hal penting yang dijelaskan oleh dr. Frieda.

1. Asupan Nutrisi yang Tepat

Tiga unsur utama pembentuk tulang adalah kalsium, fosfor, dan vitamin D.

Kalsium banyak ditemukan pada susu, keju, yogurt, ikan bertulang lunak, dan sayuran hijau.

Vitamin D bisa diperoleh dari paparan sinar matahari pagi dan makanan seperti ikan berlemak.

Fosfor terdapat pada daging, telur, dan kacang-kacangan.

“Kalau asupan nutrisi ini kurang, pertumbuhan tulang tidak maksimal. Pada anak bisa muncul rickets (tulang melengkung), sementara pada remaja atau dewasa muda bisa menurunkan kepadatan tulang,” jelas dr. Frieda.

2. Aktivitas Fisik yang Cukup

Olahraga merupakan cara alami memperkuat tulang. Aktivitas dengan beban tubuh seperti berjalan, melompat, atau bermain bola membantu merangsang pembentukan tulang baru.

“Anak yang jarang bergerak atau lebih banyak duduk berisiko memiliki tulang yang lebih rapuh,” ujarnya.

3. Keseimbangan Hormon dan Pubertas Normal

Hormon pertumbuhan serta hormon seks seperti estrogen dan testosteron juga berperan besar dalam proses pembentukan tulang. Gangguan pada masa pubertas bisa menyebabkan pertumbuhan tulang terhambat.

4. Penyakit Kronik dan Penggunaan Obat Tertentu

Anak dengan penyakit seperti lupus, leukemia, atau sindrom nefrotik, terutama yang harus mengonsumsi steroid jangka panjang, berisiko mengalami osteoporosis sekunder karena tulang kehilangan kepadatannya lebih cepat.

Osteoporosis Bukan Hanya Masalah Orang Dewasa

Banyak orang mengira osteoporosis hanya menyerang lansia. Namun faktanya, anak-anak juga dapat mengalami gangguan ini, terutama jika memiliki faktor risiko tertentu.

Dalam dunia medis, diagnosis osteoporosis pada anak ditentukan melalui pemeriksaan bone mineral density (BMD) dan penilaian terhadap riwayat patah tulang (fraktur).

“Kalau anak sering mengalami patah tulang dengan trauma ringan, misalnya jatuh biasa tapi langsung patah, itu sudah perlu dicurigai ada masalah pada kepadatan tulangnya,” ujar dr. Frieda.

Osteoporosis pada anak dibagi menjadi dua jenis utama:

Primer, disebabkan oleh faktor genetik atau kelainan bawaan seperti osteogenesis imperfecta (OI).

Sekunder, akibat penyakit kronis atau terapi jangka panjang seperti penggunaan obat steroid.

Ketika Tulang Rapuh Sejak Lahir

Salah satu contoh kasus osteoporosis primer adalah osteogenesis imperfecta (OI), yaitu penyakit tulang rapuh bawaan akibat kelainan pada kolagen. Anak dengan OI bisa mengalami patah tulang bahkan sejak dalam kandungan.

Ciri khas anak dengan OI antara lain tulang bengkok, fraktur berulang, gigi transparan, dan warna putih mata yang kebiruan (blue sclera).

“Meski penyakitnya kronik, dengan terapi yang tepat, anak tetap bisa tumbuh dan beraktivitas. Kami punya pasien OI yang sudah bisa sekolah dan kuliah,” ungkap dr. Frieda.

Pengobatan untuk OI biasanya melibatkan pemberian bisphosphonate, obat yang berfungsi memperkuat tulang dan mengurangi risiko patah tulang berulang.

Langkah Sederhana Menjaga Tulang Anak agar Tetap Kuat

Menurut dr. Frieda, menjaga kesehatan tulang anak bisa dimulai dari rumah melalui langkah-langkah sederhana berikut:

Penuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D setiap hari.
Pastikan anak mengonsumsi susu atau sumber kalsium lainnya dan mendapatkan sinar matahari pagi secara rutin.

Dorong anak aktif bergerak.
Anak dianjurkan berolahraga atau bermain fisik minimal satu jam setiap hari untuk melatih kekuatan tulang dan otot.

Batasi waktu duduk dan penggunaan gawai.
Terlalu lama duduk menurunkan aktivitas otot dan memperlambat metabolisme tulang.

Perhatikan tanda-tanda gangguan tulang.
Jika anak sering mengeluh nyeri tulang atau mengalami patah tulang tanpa sebab jelas, segera konsultasikan ke dokter.

“Menjaga tulang bukan hanya urusan orang tua, tapi investasi sejak anak-anak. Tulang yang kuat akan menopang kualitas hidup hingga dewasa nanti,” tutur dr. Frieda.

Menanam Kekuatan Tulang Sejak Dini untuk Masa Depan

Tulang yang sehat tidak terbentuk dalam semalam ia hasil dari kebiasaan baik sejak dini. Masa anak-anak dan remaja adalah periode emas yang tidak bisa diulang, saat tubuh memiliki kemampuan maksimal untuk membentuk massa tulang yang padat.

Jika diabaikan, risiko tulang rapuh, patah, bahkan osteoporosis bisa datang lebih cepat. Karena itu, langkah pencegahan terbaik adalah menjaga asupan gizi, aktivitas fisik, dan gaya hidup sehat sejak masa kanak-kanak.

Membangun tulang kuat sejak dini berarti mempersiapkan masa depan yang lebih sehat dan aktif. Dengan tubuh yang kuat, anak-anak bisa tumbuh optimal, berprestasi, dan menjalani hidup tanpa hambatan fisik di kemudian hari.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index