JAKARTA - Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Afriansyah Noor menegaskan pentingnya sinergi antara Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) dan Kementerian Sosial (Kemensos).
Sinergi ini sangat krusial dalam memperkuat pemberdayaan penyandang disabilitas. Kolaborasi ini ditujukan agar penyandang disabilitas dapat mencapai kehidupan yang mandiri, produktif, dan sejahtera.
Afriansyah menyampaikan hal tersebut saat kunjungan kerja ke Sentra Terpadu Inten Soeweno (STIS) di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat kolaborasi lintas sektor yang menyediakan akses pelatihan, kesempatan kerja, serta pengembangan kewirausahaan bagi penyandang disabilitas.
Meninjau Program Pelatihan dan Kewirausahaan di STIS
Selama kunjungannya, Afriansyah meninjau berbagai program pelatihan vokasi, pembinaan kewirausahaan, dan layanan rehabilitasi sosial yang dijalankan oleh STIS. Ia menilai beragam kegiatan tersebut mencerminkan komitmen bersama dalam menciptakan ruang aktualisasi diri bagi penyandang disabilitas.
“Beragam kegiatan di STIS menunjukkan wujud nyata kerja bersama dalam mewujudkan kehidupan yang lebih bermartabat bagi saudara-saudara penyandang disabilitas,” ujar Afriansyah.
Program-program yang dijalankan STIS ini sangat penting dalam membekali penyandang disabilitas dengan keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat bersaing dan mandiri dalam dunia kerja maupun berwirausaha.
Kebijakan Inklusif Ketenagakerjaan
Afriansyah menjelaskan bahwa Kemenaker secara berkelanjutan memperluas kebijakan ketenagakerjaan yang inklusif, khususnya untuk kelompok rentan termasuk penyandang disabilitas. Salah satu langkah konkret adalah penguatan Unit Layanan Disabilitas (ULD) Ketenagakerjaan sebagai pusat layanan terpadu.
Selain itu, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Khusus (PTKK) berfokus pada peningkatan akses kerja bagi kelompok rentan tersebut, membuka peluang bagi penyandang disabilitas untuk memasuki dunia kerja, baik di sektor formal maupun secara mandiri.
Afriansyah juga mengapresiasi peran STIS dan para instruktur yang telah berkontribusi dalam mencetak sumber daya manusia disabilitas yang terampil, adaptif, dan berjiwa wirausaha.
Sinergi dengan Kemensos Kunci Kesuksesan
Afriansyah menegaskan bahwa penguatan kerja sama dengan Kemensos menjadi kunci agar hasil pelatihan dapat tersambung langsung dengan peluang kerja yang tersedia.
Sinergi antara sektor ketenagakerjaan dan kesejahteraan sosial harus terus diperkuat agar penyandang disabilitas tidak hanya memperoleh pelatihan, tetapi juga kesempatan nyata untuk bekerja dan berwirausaha.
“Sinergi antara sektor ketenagakerjaan dan kesejahteraan sosial harus terus diperkuat agar penyandang disabilitas tidak hanya memperoleh pelatihan, tetapi juga kesempatan nyata untuk bekerja dan berwirausaha,” tegas Afriansyah.
Langkah Strategis untuk Meningkatkan Kemandirian
Sebagai tindak lanjut dari sinergi tersebut, Afriansyah menyampaikan sejumlah langkah strategis yang dapat dikembangkan bersama Kemensos. Salah satunya adalah penyelarasan kurikulum pelatihan vokasi STIS dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Hal ini bertujuan untuk menjamin relevansi pelatihan sesuai dengan kebutuhan industri sehingga lulusan lebih siap memasuki dunia kerja. Selain itu, integrasi data peserta pelatihan dengan portal SiapKerja juga dirancang untuk memudahkan akses informasi dan peluang kerja bagi penyandang disabilitas.
Prioritas Pemagangan dan Pengembangan Jejaring
Kemenaker juga akan memberikan prioritas bagi lulusan STIS dalam program pemagangan nasional. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat pengalaman kerja para penyandang disabilitas di berbagai sektor industri.
Selain itu, jejaring industri dan mitra usaha akan diperluas agar semakin banyak kesempatan kerja dan berwirausaha yang bisa dijangkau oleh mereka. Peningkatan partisipasi peserta dalam Job Fair Nasional juga menjadi prioritas guna membuka lebih banyak peluang nyata.
Menuju Pasar Kerja Inklusif dan Berkeadilan
Menurut Afriansyah, langkah-langkah tersebut merupakan bentuk konkret sinergi lintas sektor dalam membangun pasar kerja yang inklusif dan berkeadilan. Dengan mempertemukan kekuatan di hulu dan hilir, pemerintah dapat memastikan penyandang disabilitas memiliki keterampilan sekaligus kesempatan kerja yang layak.
“Dengan mempertemukan kekuatan di hulu dan hilir, kita dapat memastikan penyandang disabilitas memiliki keterampilan sekaligus kesempatan kerja yang layak. Inilah langkah nyata menuju Indonesia yang inklusif bagi semua,” pungkas Afriansyah.
Komitmen Bersama Mewujudkan Indonesia Inklusif
Kunjungan kerja Afriansyah ke STIS juga menjadi bukti komitmen pemerintah untuk tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga memastikan kesinambungan akses kerja dan peluang berwirausaha bagi penyandang disabilitas.
Kemenaker dan Kemensos bertekad untuk terus mengembangkan program-program yang menyentuh kebutuhan dasar sekaligus membuka ruang yang lebih luas bagi penyandang disabilitas agar bisa berperan aktif dalam pembangunan nasional.
Dengan upaya sinergi ini, diharapkan penyandang disabilitas bukan lagi dianggap sebagai penerima bantuan sosial semata, melainkan sebagai bagian dari tenaga kerja produktif dan pelaku ekonomi yang mandiri.