JAKARTA - Industri multifinance Indonesia terus menunjukkan performa yang solid hingga kuartal III/2025.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laba industri perusahaan pembiayaan alias multifinance pada September 2025 mencapai Rp16,14 triliun, meningkat 10,54% dibandingkan Agustus 2025 yang sebesar Rp14,60 triliun.
Kinerja positif ini mencerminkan keberlanjutan pertumbuhan sektor keuangan yang semakin adaptif terhadap dinamika pasar dan kebutuhan konsumen.
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Agusman, menjelaskan bahwa pertumbuhan laba ini tetap berada di level double digit.
“Mengenai laba industri perusahaan pembiayaan, di periode September 2025 tumbuh 10,54% month-to-month menjadi sebesar Rp16,14 triliun. Jadi [pertumbuhannya] tetap double digit,” ujarnya.
Pendukung Pertumbuhan Laba Multifinance
Menurut Agusman, peningkatan pendapatan pembiayaan menjadi faktor utama di balik pertumbuhan laba industri multifinance. Meskipun ia tidak merinci jenis pembiayaan yang memberikan kontribusi terbesar, data statistik OJK menunjukkan tren positif sejak awal tahun.
Dari Januari hingga Juni 2025, laba bersih setelah pajak industri multifinance terus meningkat. Pada Juni 2025, laba tercatat sebesar Rp11,01 triliun, tumbuh tipis 0,81% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Faktor lain yang mendorong pertumbuhan industri multifinance adalah meningkatnya aktivitas promosi menjelang akhir tahun. Agusman menilai, promo-promo ini dapat meningkatkan minat masyarakat untuk mengakses pembiayaan, terutama untuk barang bernilai tinggi dan kendaraan bermotor.
“Di September 2025 ini, penyaluran piutang pembiayaan yang terafiliasi dengan agen tunggal pemegang merek [ATPM] meningkat 6,80% YoY, menjadi sebesar Rp228,52 triliun, jadi cukup besar,” ujarnya.
Tren Penyaluran Pembiayaan
Secara keseluruhan, penyaluran pembiayaan di sektor PVML (Perusahaan Pembiayaan, Modal Ventura, Lembaga Mikro) per September 2025 tumbuh 5,06% YoY menjadi Rp973,78 triliun.
Dari total tersebut, industri multifinance telah menyalurkan kredit mencapai Rp507,14 triliun. Pertumbuhan ini didukung oleh pembiayaan modal kerja yang naik sebesar 10,61% YoY, menunjukkan bahwa perusahaan multifinance tetap aktif mendukung kegiatan bisnis dan konsumsi masyarakat.
Agusman menambahkan, sektor PVML diperkirakan akan terus menunjukkan pertumbuhan positif hingga akhir tahun, meski dihadapkan pada tantangan ekonomi global dan domestik.
“Sektor PVML ini diperkirakan akan tetap tumbuh positif hingga akhir tahun, meski dihadapkan oleh berbagai tantangan antara lain dinamika perekonomian,” ujarnya.
Kualitas Kredit dan Manajemen Risiko
Industri multifinance juga berhasil menjaga kualitas kredit di level yang sehat. Berdasarkan laporan OJK, pembiayaan bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) gross perusahaan multifinance tercatat sebesar 2,47%, sedangkan NPF net hanya 0,84%.
Rasio gearing industri multifinance juga relatif stabil, yakni sebesar 2,17 kali, menunjukkan struktur permodalan yang sehat. Kondisi ini menjadi indikasi bahwa perusahaan multifinance mampu mengelola risiko dengan baik, sekaligus menjaga pertumbuhan laba tetap berkelanjutan.
Kontribusi terhadap Perekonomian
Pertumbuhan industri multifinance tidak hanya penting bagi sektor keuangan, tetapi juga berdampak pada ekonomi secara keseluruhan. Dengan meningkatnya pembiayaan untuk modal kerja, kendaraan, dan barang konsumsi, industri multifinance turut mendorong konsumsi domestik, kegiatan usaha, dan investasi.
Hal ini selaras dengan upaya pemerintah untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor keuangan yang inklusif dan berkelanjutan.
Selain itu, industri multifinance memegang peran strategis dalam memfasilitasi pembiayaan bagi UMKM dan konsumen individu. Dengan struktur kredit yang terdiversifikasi, industri ini mampu menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang fluktuatif.
Agusman menekankan pentingnya inovasi produk dan layanan agar industri multifinance tetap relevan dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen dan perkembangan teknologi finansial.
Outlook dan Strategi Industri Multifinance
Menjelang akhir 2025, industri multifinance diprediksi akan terus menunjukkan tren positif. Upaya promosi, diversifikasi produk, dan pemanfaatan teknologi digital menjadi faktor penting dalam menjaga pertumbuhan.
Agusman menegaskan bahwa OJK terus memantau perkembangan industri, memberikan regulasi yang mendukung, sekaligus memastikan keberlanjutan pertumbuhan yang sehat.
“Kami berharap industri multifinance tetap adaptif terhadap dinamika ekonomi, tetap menjaga kualitas kredit, dan terus tumbuh secara berkelanjutan,” ujar Agusman.
Dukungan regulasi, inovasi produk, serta strategi manajemen risiko yang tepat diyakini akan menjadi kunci agar industri multifinance tidak hanya mencetak laba, tetapi juga meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian nasional.
Industri multifinance Indonesia menunjukkan kinerja yang tangguh hingga September 2025 dengan laba mencapai Rp16,14 triliun dan pertumbuhan ganda digit. Penyaluran pembiayaan yang meningkat, kualitas kredit terjaga, dan strategi adaptif menjadi faktor utama keberhasilan sektor ini.
Dengan dukungan regulasi, inovasi, dan pemantauan berkelanjutan, industri multifinance diyakini mampu mempertahankan momentum pertumbuhan hingga akhir tahun, sekaligus mendukung perekonomian nasional secara lebih luas.