Bulog

Bulog Ajak Anak Muda Ambil Peran Strategis di Sektor Pangan

Bulog Ajak Anak Muda Ambil Peran Strategis di Sektor Pangan
Bulog Ajak Anak Muda Ambil Peran Strategis di Sektor Pangan

JAKARTA - Ketahanan pangan tidak lagi menjadi urusan pemerintah semata. 

Di era digital dan perubahan gaya hidup yang cepat seperti sekarang, generasi muda justru menjadi ujung tombak baru dalam menjaga ketersediaan bahan pokok nasional. 

Melihat potensi besar ini, Perum Bulog kini mendorong Gen Z untuk aktif menjadi pelaku rantai pasok pangan nasional melalui inovasi, kemitraan, dan dukungan teknologi digital.

Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita, menegaskan bahwa generasi muda memiliki peluang luas untuk berkontribusi secara langsung dalam menjaga ketahanan pangan nasional, terutama melalui sistem distribusi yang lebih modern dan efisien. 

Dalam acara Nusantara Food Summit 2025 yang digelar di Tangerang, Febby menjelaskan bahwa Gen Z dapat menjadi bagian dari rantai distribusi bahan pokok secara mandiri, bahkan tanpa harus memiliki toko fisik.

“Adik-adik Gen Z bisa ikut mendistribusikan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan), minyak, gula, dan komoditas lainnya,” ujar Febby.

Menurutnya, dengan dukungan platform digital, anak muda dapat menjalankan bisnis distribusi pangan dari rumah. Selain memperoleh keuntungan finansial, mereka juga berperan menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan nasional.

“Tidak perlu punya toko, cukup dari rumah dengan dukungan platform digital. Dan di situ bisa dapat cuan,” tambah Febby dengan optimis.

Peluang Bisnis Pangan yang Terbuka untuk Generasi Muda

Bulog kini membuka ruang kemitraan luas, mulai dari rantai hulu hingga hilir. Kolaborasi ini tidak hanya berfokus pada distribusi beras dan bahan pokok, tetapi juga pada produksi dan penyimpanan. 

Para pemuda yang memiliki lahan dapat mengembangkan gudang komoditas di berbagai daerah, kemudian bermitra langsung dengan Bulog untuk memperkuat cadangan pangan nasional.

“Kapasitas gudang kami saat ini mencapai 3,8 juta ton, namun kebutuhan terus bertambah seiring peningkatan produksi dalam negeri. Generasi muda yang punya lahan bisa membangun gudang komoditas dan bekerja sama dengan Bulog,” ujar Febby menjelaskan.

Selain itu, Bulog mengelola jaringan distribusi Rumah Pangan Kita (RPK) yang kini telah berkembang pesat menjadi lebih dari 27.000 jaringan di seluruh Indonesia. Jaringan RPK ini menjadi peluang strategis bagi anak muda yang ingin berwirausaha di sektor pangan tanpa harus memulai dari nol.

Dalam sistem ini, pelaku usaha muda dapat menjual produk pangan pokok seperti beras SPHP, minyak, gula, dan bahan kebutuhan harian lainnya. Konsepnya sederhana: berbisnis sambil berkontribusi menjaga stabilitas harga pangan nasional.

Membangun Ketahanan Pangan dari Hulu hingga Hilir

Salah satu fokus utama Bulog tahun ini adalah memperkuat rantai pasok beras nasional. Febby menegaskan bahwa 2025 menjadi tahun penting karena Indonesia berhasil tidak melakukan impor beras, berkat peningkatan produksi dalam negeri yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa program kemandirian pangan mulai membuahkan hasil nyata.

“Situasi pangan nasional menunjukkan perkembangan positif. Tahun 2025 ini, Indonesia tidak melakukan impor beras,” kata Febby.

Bulog berperan strategis di dua sisi: menyerap gabah dan beras petani di hulu, serta menstabilkan harga pangan di hilir. Jika harga pangan melonjak di suatu wilayah, Bulog akan segera turun tangan melakukan operasi stabilisasi agar harga kembali terkendali.

“Ketika harga pangan naik di suatu daerah, Bulog harus turun untuk melakukan operasi stabilisasi,” ujarnya.

Berdasarkan proyeksi, produksi beras dalam negeri sepanjang tahun ini mencapai 34 juta ton setara beras, sedangkan konsumsi nasional sekitar 31 juta ton per tahun. Dengan selisih tersebut, pemerintah dapat menjaga stok pangan dengan lebih aman tanpa perlu khawatir kekurangan pasokan.

Namun demikian, Febby menegaskan bahwa pemerintah tetap harus berhati-hati. Ketersediaan beras harus terjamin di seluruh wilayah, termasuk di daerah-daerah terpencil seperti pegunungan Papua, meskipun biaya distribusinya tinggi. 

Bagi Bulog, pemerataan pasokan pangan adalah prioritas utama dalam menjaga keadilan ekonomi nasional.

Kolaborasi dan Inovasi, Kunci Pangan Masa Depan

Tidak berhenti di beras, Bulog juga memperluas ruang geraknya ke sektor komersial yang lebih dinamis. Febby menuturkan bahwa kolaborasi dengan sektor swasta dan masyarakat, terutama generasi muda, akan mempercepat lahirnya ekosistem pangan modern yang berkelanjutan.

“Kami bisa berkolaborasi dalam pemasaran ayam, telur, daging, cabai, dan komoditas pangan lainnya. Peluangnya ada, dan ini momentum bagi generasi muda dari petani menjadi founder, dari lokal menjadi nasional,” ujarnya penuh semangat.

Dengan berbagai peluang itu, Gen Z tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen dan inovator pangan. Mereka bisa menciptakan sistem distribusi baru, memanfaatkan teknologi digital, serta membangun usaha pangan berbasis komunitas.

Bagi Bulog, keterlibatan generasi muda bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan strategis untuk memperkuat ketahanan pangan di masa depan. Digitalisasi dan semangat kewirausahaan mereka menjadi modal besar dalam menghadapi tantangan global seperti krisis pangan dan perubahan iklim.

Menanam Semangat Kemandirian Sejak Dini

Kemandirian pangan tidak hanya soal produksi, tetapi juga soal kesadaran kolektif untuk terlibat dalam rantai pasok. Dengan masuknya generasi muda, rantai distribusi pangan nasional diharapkan menjadi lebih efisien, transparan, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Bulog melalui berbagai inisiatifnya ingin menumbuhkan kesadaran bahwa pangan adalah sektor strategis dan menjanjikan bagi masa depan Indonesia. 

Dari petani hingga pengusaha muda, dari desa hingga kota, setiap orang memiliki peran dalam memastikan setiap keluarga Indonesia mendapatkan akses pangan yang cukup dan terjangkau.

Dorongan Bulog agar generasi muda aktif dalam rantai pasok pangan bukan sekadar program bisnis, melainkan langkah strategis menuju kemandirian pangan nasional.

Dengan kolaborasi, inovasi, dan semangat digital, para pemuda diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang membawa sektor pangan Indonesia menuju masa depan yang lebih tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index