Hilirisasi Baja

Hilirisasi Baja Nasional Jadi Kunci Tingkatkan Nilai Tambah Industri

Hilirisasi Baja Nasional Jadi Kunci Tingkatkan Nilai Tambah Industri
Hilirisasi Baja Nasional Jadi Kunci Tingkatkan Nilai Tambah Industri

JAKARTA - Industri baja Indonesia sedang menghadapi tantangan signifikan yang memengaruhi daya saing di pasar domestik maupun global. 

Masuknya produk impor dalam jumlah besar ditambah kondisi mesin pabrik yang sudah tua menjadi kendala utama bagi produksi baja nasional. Meski begitu, pemerintah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk memperkuat industri ini, termasuk hilirisasi dan modernisasi produksi.

Tantangan Industri Baja Nasional

Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyampaikan dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, bahwa industri baja dalam negeri belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan nasional. 

“Gap ini diisi oleh produk impor sekitar 55% kebutuhan nasional dan mayoritas dari China. Sementara utilisasinya industri baja kita sebesar 50% kurang lebih,” ungkap Faisol.

Banyak pabrik baja di Indonesia mengalami idle karena produk mereka tidak terserap pasar. Fokus produksi yang masih terpusat pada sektor konstruksi dan infrastruktur membuat sektor-sektor lain yang bernilai tinggi seperti otomotif, perkapalan, dan alat berat belum tergarap optimal.

 “Padahal sektor-sektor ini memerlukan jenis baja dengan spesifikasi khusus seperti alloy steel atau special steel, yang memiliki potensi pasar besar baik di dalam negeri maupun luar negeri,” tambah Faisol.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021, terdapat 562 perusahaan produsen logam dasar (KBLI 24) dan 1.592 perusahaan produsen barang logam, bukan mesin, dan peralatannya (KBLI 25). Meski jumlahnya banyak, masalah teknologi menjadi hambatan utama.

Mesin Produksi yang Tua Jadi Kendala

Selain persoalan impor, kualitas mesin produksi yang sudah tua menjadi salah satu tantangan terbesar bagi industri baja nasional. 

“Sebagian besar mesin dan teknologi yang digunakan sudah berumur tua dan belum sepenuhnya ramah lingkungan. Kondisi ini memengaruhi kualitas dan biaya produksi sehingga menjadi hambatan dalam upaya menuju industri baja yang punya daya saing, berkelanjutan, dan berstandar global,” jelas Faisol.

Kondisi ini membuat biaya produksi tinggi dan produktivitas rendah, sehingga baja nasional sulit bersaing dengan produk impor yang harganya lebih kompetitif.

Tren Produksi dan Posisi Indonesia di Dunia

Meski menghadapi tantangan, produksi baja nasional menunjukkan tren positif. Pada 2024, Indonesia memproduksi 18 juta ton, meningkat 110% dibanding 2019, menempati peringkat ke-14 dunia. 

Total produksi baja global pada 2024 mencapai 1,084 miliar ton, dengan China sebagai produsen terbesar, menghasilkan 1,005 miliar ton (53,3%). India menempati posisi kedua dengan 149,4 juta ton (7,9%). Tingkat rata-rata utilisasi industri baja nasional tercatat 52,70%.

Faisol menekankan bahwa perlambatan industri baja bukan hanya terjadi di Indonesia. Pasar global melambat akibat penurunan sektor properti, yang merupakan salah satu off taker utama baja dunia. 

“Memang masalah baja bukan hanya masalah kita, tapi di seluruh dunia sedang turun. Nah, ini berlomba-lomba agar produk baja ini bisa masuk ke negara-negara yang memungkinkan mereka masuk karena lemahnya pengawasan, karena lemahnya aturan, karena lemahnya pengawasan langsung di border maupun di pasar,” kata Faisol.

Upaya Pemerintah Memperkuat Industri Baja

Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah menyiapkan berbagai langkah strategis. Salah satunya adalah memperkuat regulasi penggunaan produk dalam negeri melalui Standar Nasional Indonesia (SNI) dan larangan pembatasan (lartas). Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan penggunaan baja lokal.

Selain itu, pemerintah mendorong hilirisasi industri baja. Produk-produk baja nasional diarahkan untuk sektor strategis seperti perkapalan, otomotif, militer, dan proyek infrastruktur pemerintah.

 “Seperti pembangunan jalan tol, giant sea wall, program 3 juta rumah, dan seterusnya,” jelas Faisol. Dukungan ini diharapkan mampu meningkatkan utilisasi pabrik dan nilai tambah produk baja lokal.

Pemerintah juga berencana memfasilitasi investasi untuk pembaruan mesin dan teknologi produksi agar kualitas baja meningkat, efisiensi biaya terjaga, dan ketergantungan pada impor menurun.

Peluang dan Strategi Diversifikasi

Industri baja Indonesia sebenarnya memiliki potensi besar jika dikelola dengan tepat. Pasar domestik yang besar dan kebutuhan ekspor dari sektor otomotif, perkapalan, serta alat berat membuka peluang signifikan. 

Diversifikasi sektor pengguna baja menjadi kunci agar industri dapat memaksimalkan kapasitas produksi, meningkatkan keuntungan, dan bersaing di pasar global.

Faisol menegaskan bahwa upaya hilirisasi dan modernisasi mesin produksi diharapkan menjadi fondasi bagi keberlanjutan industri baja nasional. Dukungan regulasi, investasi teknologi, dan strategi hilirisasi menjadi tiga pilar utama untuk membangun daya saing baja nasional.

Prospek Industri Baja ke Depan

Meskipun tantangan cukup kompleks, industri baja dalam negeri tetap menunjukkan potensi untuk berkembang. Fokus pada modernisasi mesin, kualitas produk, diversifikasi sektor pengguna, serta dukungan regulasi penggunaan produk dalam negeri diharapkan mampu meningkatkan daya saing industri baja nasional.

Dengan strategi yang tepat, industri baja Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga berpotensi menembus pasar ekspor. Pemanfaatan kapasitas pabrik yang optimal, inovasi produk, dan hilirisasi menjadi kunci agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen baja impor, tetapi juga produsen baja unggulan di tingkat internasional.

Sinergi antara produsen, pemerintah, dan sektor pengguna akhir sangat penting agar rantai pasok baja nasional dapat berjalan efisien dan berkelanjutan. Industri baja yang kuat diharapkan bisa mendukung proyek strategis nasional, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ekonomi domestik.

Dengan langkah-langkah ini, industri baja Indonesia memiliki peluang untuk bangkit, meningkatkan nilai tambah produk, dan berkontribusi pada pembangunan nasional. Modernisasi, regulasi yang tepat, serta hilirisasi akan menjadi fondasi bagi industri baja yang kompetitif, berkelanjutan, dan siap menghadapi persaingan global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index