Presiden Prabowo

Presiden Prabowo Kenang Pertempuran Surabaya pada Hari Pahlawan

Presiden Prabowo Kenang Pertempuran Surabaya pada Hari Pahlawan
Presiden Prabowo Kenang Pertempuran Surabaya pada Hari Pahlawan

JAKARTA - Malam itu, Taman Makam Pahlawan Utama Nasional Kalibata, Jakarta, dipenuhi suasana hening dan khidmat. 

Presiden Prabowo Subianto memimpin Upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci dalam rangka Hari Pahlawan, Minggu tengah malam. Momentum ini menjadi pengingat bagi seluruh bangsa Indonesia akan jasa para pejuang yang telah gugur mempertahankan kemerdekaan. 

Presiden Prabowo menekankan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremonial, tetapi wujud penghormatan terhadap pengorbanan luar biasa para pahlawan.

Dalam pengantarnya sebelum sesi mengheningkan cipta, Presiden Prabowo menyampaikan pesan penting kepada seluruh peserta. 

“Pada tahun 1945, 10 November, para pahlawan telah dengan berani melawan kekuatan asing yang begitu besar, terutama kekuatan Inggris, pemenang Perang Dunia II. Dengan perlawanan, pengorbanan yang begitu besar, mereka telah mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia,” ujarnya. 

Pernyataan ini mengingatkan bahwa kemerdekaan yang dirasakan hari ini diperoleh melalui perjuangan yang tidak mudah, bahkan mengorbankan nyawa para pahlawan.

Mendoakan Arwah Para Pahlawan

Selain mengenang sejarah, Presiden Prabowo mengajak peserta upacara untuk mendoakan arwah para pahlawan. Ia menekankan bahwa jasa mereka tidak boleh dilupakan.

 “Marilah kita mengenang arwah dan jasa para pahlawan yang telah gugur membela kemerdekaan, kedaulatan, dan kehormatan bangsa Indonesia, khususnya mereka-mereka yang gugur dalam perlawanan terhadap kekuatan asing yang mendukung penjajah kembali bangsa Indonesia oleh bangsa asing,” tegasnya.

Dengan kata-kata ini, Presiden Prabowo menegaskan bahwa penghormatan kepada para pahlawan harus diwujudkan dalam bentuk pengingat sejarah dan pengajaran nilai kepahlawanan bagi generasi muda. Ia juga menekankan, “Janganlah kita sekali-sekali melupakan jasa mereka, kepahlawanan mereka.” 

Pesan ini menjadi pengingat agar setiap warga negara Indonesia menanamkan nilai-nilai keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari.

Kehadiran Pejabat Negara dan TNI-Polri

Upacara ziarah malam itu dihadiri hampir seluruh jajaran Kabinet Merah Putih, pimpinan lembaga negara, kepala badan, serta unsur TNI dan Polri. Pejabat sipil mengenakan setelan jas lengkap dengan dasi biru dan kopiah hitam, yang menandakan keseriusan dan rasa hormat terhadap para pahlawan. 

Upacara dimulai pukul 23.45 WIB dan berakhir pada pukul 23.56 WIB, menjelang pergantian hari menjadi Senin, 10 November 2025.

Kehadiran Presiden Prabowo bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mempertegas simbol penghormatan tertinggi bagi para pejuang. Selain itu, hadirnya seluruh jajaran pimpinan negara, termasuk unsur TNI-Polri, menunjukkan komitmen pemerintah untuk selalu menghargai sejarah dan jasa para pahlawan.

Sejarah Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya, yang terjadi pada 10 November 1945, merupakan salah satu momen paling heroik dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini terjadi antara pasukan rakyat Indonesia melawan tentara sekutu dari Inggris. 

Salah satu pemicu pertempuran adalah aksi perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, Surabaya, oleh para pemuda, serta tewasnya Brigjen Mallaby, pimpinan pasukan Inggris di Jawa Timur.

Ultimatum yang dikeluarkan pasukan sekutu untuk menyerah memicu kemarahan rakyat Surabaya. Perlawanan rakyat berlangsung selama kurang lebih tiga minggu, menunjukkan keberanian, keteguhan, dan semangat pantang menyerah dalam mempertahankan kemerdekaan. 

Dalam pertempuran itu, Bung Tomo menjadi salah satu tokoh sentral yang memotivasi pasukan rakyat melalui pidato-pidatonya yang membakar semangat.

Semboyan “Merdeka atau Mati!”

Bung Tomo dikenal sebagai orator ulung yang mampu membangkitkan semangat para pejuang. Dalam salah satu pidatonya yang terkenal, ia menyampaikan:

“Saudara-saudara rakyat Surabaya... siaplah keadaan genting! Tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: Merdeka atau mati!”

Semboyan ini hingga kini menjadi simbol keberanian, tekad, dan patriotisme yang menginspirasi seluruh generasi Indonesia. Pesan moral dari pidato ini menekankan bahwa kemerdekaan adalah hak yang harus dipertahankan dengan segala cara, sekalipun harus mengorbankan nyawa.

Makna Kepahlawanan di Era Modern

Dalam renungan suci malam itu, Presiden Prabowo juga menekankan relevansi nilai kepahlawanan di era modern. Menurutnya, mengenang jasa pahlawan bukan sekadar mengenang peristiwa sejarah, tetapi juga menanamkan nilai keberanian, integritas, dan pengorbanan demi kepentingan bangsa.

Presiden Prabowo menambahkan bahwa nilai-nilai kepahlawanan yang diwariskan para pejuang dapat menjadi pedoman bagi generasi muda untuk menghadapi tantangan masa kini. 

Ia menyebut bahwa peringatan Hari Pahlawan harus menjadi momentum untuk memperkuat persatuan, semangat nasionalisme, dan tanggung jawab generasi penerus terhadap negara.

Suasana Upacara dan Kehormatan di TMP Kalibata

TMP Kalibata menjadi lokasi yang sarat simbolisme bagi penghormatan kepada para pahlawan. Suasana malam yang hening, disertai dinginnya udara, tidak mengurangi khidmat upacara. Setiap detik sesi mengheningkan cipta menjadi refleksi atas pengorbanan, keberanian, dan semangat persatuan yang diwariskan oleh para pejuang.

Upacara ini tidak hanya menjadi ritual formal, tetapi juga momen edukatif bagi seluruh peserta. Kehadiran Presiden dan Wakil Presiden di tengah masyarakat mengingatkan bahwa penghormatan kepada pahlawan adalah tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa.

Upacara Ziarah Nasional dan Renungan Suci yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya menghormati jasa para pahlawan. Sejarah Pertempuran Surabaya menjadi simbol keberanian dan pengorbanan tanpa pamrih. 

Nilai-nilai kepahlawanan yang ditanamkan oleh Bung Tomo dan para pejuang lain menjadi pedoman bagi generasi modern dalam menjaga kedaulatan, persatuan, dan kehormatan bangsa.

Melalui doa dan penghormatan ini, bangsa Indonesia menegaskan komitmen untuk terus mempertahankan kemerdekaan dan menghargai jasa para pahlawan yang telah mengorbankan segalanya demi masa depan bangsa. 

Hari Pahlawan bukan hanya peringatan sejarah, tetapi pengingat abadi akan keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air yang harus terus dijaga dan diwariskan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index