JAKARTA - Pembangunan infrastruktur di Indonesia kini tidak lagi sekadar membangun jalan, jembatan, atau gedung.
Pemerintah menekankan, setiap proyek harus memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan, serta mendorong kemandirian bangsa dalam jangka panjang.
Pendekatan pembangunan semacam ini menekankan pada keberlanjutan (sustainability), inklusivitas, dan dampak sosial ekonomi yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam The 5th International Conference on Sustainable Infrastructure and Built Environment (SIBE 2025) yang digelar di Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Melalui visi Asta Cita, Presiden Prabowo menegaskan bahwa setiap pembangunan harus menghadirkan manfaat nyata bagi rakyat, menjaga kelestarian lingkungan, dan memperkuat kemandirian bangsa,” ujar AHY.
Delapan Misi Utama Visi Asta Cita
Menurut AHY, visi Asta Cita mencakup delapan misi pokok. Pertama, pengokohan ideologi Pancasila dan sistem demokrasi; kedua, kemandirian melalui swasembada pangan, energi, dan air; ketiga, penciptaan lapangan kerja; keempat, penguatan sumber daya manusia berbasis sains dan teknologi; kelima, hilirisasi industri; keenam, pembangunan dari desa; ketujuh, reformasi birokrasi; dan kedelapan, pembangunan yang ramah lingkungan dan berbudaya.
Delapan misi tersebut dirancang untuk memastikan pembangunan infrastruktur tidak hanya memperkuat ekonomi, tetapi juga menghadirkan dampak sosial yang luas, inklusif, dan berkelanjutan.
AHY menekankan bahwa setiap proyek harus menyentuh masyarakat secara langsung, memperkuat ekonomi lokal, dan menyiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan global.
Infrastruktur Sebagai Pilar Ketahanan Nasional
AHY menekankan, pembangunan infrastruktur berkelanjutan akan menjadi fondasi bagi ketahanan pangan, energi, dan air di seluruh Indonesia. Pemerintah telah memperkuat jaringan pendidikan dan riset pertanian untuk mendukung pengelolaan lebih dari 2,5 juta hektare lahan sawah produktif.
Selain itu, pembangunan 15 bendungan serbaguna ditargetkan untuk menjamin ketersediaan air nasional. Proyek-proyek ini menjadi prioritas dalam memastikan setiap warga Indonesia memiliki akses air bersih yang berkelanjutan, meningkatkan produktivitas pertanian, dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Target kami, pada 2045 seluruh kota di Indonesia memiliki akses air bersih yang berkelanjutan,” tegas AHY. Pernyataan ini menegaskan komitmen pemerintah dalam menghadirkan pembangunan yang merata, adil, dan dapat dinikmati seluruh masyarakat, termasuk di daerah terpencil.
Di sektor energi, pemerintah mendorong transisi ke energi bersih melalui pengembangan tenaga surya, panas bumi, dan teknologi waste-to-energy.
Data hingga Agustus 2025 menunjukkan lebih dari 120 ribu kendaraan listrik telah beredar di Indonesia, menandai kemajuan nyata menuju target emisi nol bersih (net zero emission) pada 2060.
Kesejahteraan dan Keberlanjutan Berjalan Seiring
Menurut AHY, pembangunan ekonomi dan infrastruktur harus bersinergi dengan keberlanjutan. “Semangatnya sama bahwa Indonesia ingin mencapai kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat. Namun, pembangunan ekonomi tidak boleh mengabaikan bumi dan lingkungan kita. Kesejahteraan bisa bersandingan dengan sustainability,” jelasnya.
Pemerintah pun mendorong penerapan teknologi ramah lingkungan, penggunaan sumber daya alam secara bijak, serta perencanaan proyek yang memperhatikan dampak ekologis dan sosial. Dengan demikian, proyek infrastruktur tidak hanya berdampak jangka pendek, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi generasi mendatang.
AHY menyambut baik inisiasi konferensi SIBE 2025 yang menghadirkan inovasi dan mendorong kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri. Kegiatan ini diharapkan menghasilkan solusi cerdas untuk membangun infrastruktur yang efisien, aman, dan berkelanjutan.
Kolaborasi Akademisi dan Pemerintah
Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., menyampaikan harapannya agar konferensi ini menjadi sarana pertukaran pengetahuan serta kolaborasi global. Dengan lebih dari 180 presentasi dan sesi kolaborasi dari berbagai negara, SIBE menjadi bukti nyata semangat in harmonia progressio, yakni kemajuan yang dicapai melalui harmoni ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemanusiaan.
“Di ITB, kami meyakini bahwa sumber daya manusia dan keberlanjutan adalah pusat kemajuan. Kami berkomitmen menumbuhkan pemimpin, insinyur, dan pemikir yang mampu mengubah pengetahuan menjadi dampak nyata. Inovasi harus menjadi pengabdian bagi kemanusiaan,” kata Tatacipta.
ITB sebagai Pusat Kolaborasi Berkelanjutan
Lebih lanjut, Tatacipta menegaskan bahwa ITB akan terus memperkuat perannya sebagai pusat keunggulan dan kolaborasi. Akademisi, pemerintah, dan industri diharapkan bekerja sama untuk membangun masa depan yang berkelanjutan dan aman bagi generasi mendatang.
Konferensi ini menegaskan pentingnya kerja sama multi-pihak dalam merancang proyek-proyek infrastruktur. Perencanaan, implementasi, hingga evaluasi membutuhkan riset, inovasi teknologi, dan pemikiran holistik agar proyek benar-benar memberi manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Infrastruktur Inklusif untuk Semua
Dalam kesempatan ini, AHY menegaskan pentingnya membangun infrastruktur yang inklusif, memastikan setiap warga mendapat manfaat langsung. Dari ketersediaan air bersih hingga energi terbarukan, pembangunan ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup seluruh rakyat Indonesia.
“Ini adalah momentum penting untuk memastikan Indonesia berkembang secara berkelanjutan, sejahtera, dan ramah lingkungan. Infrastruktur bukan sekadar beton dan baja, tapi fondasi masa depan bangsa,” tutup AHY.
Dengan sinergi antara pemerintah dan akademisi, diharapkan proyek-proyek strategis tidak hanya mempercepat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menghadirkan kesejahteraan sosial, penguatan ketahanan nasional, dan pembangunan berkelanjutan yang mampu dirasakan semua lapisan masyarakat.