BPS Umumkan Surplus Neraca Perdagangan Indonesia September 2025 Positif

Senin, 03 November 2025 | 15:50:32 WIB
BPS Umumkan Surplus Neraca Perdagangan Indonesia September 2025 Positif

JAKARTA - Kinerja perdagangan luar negeri Indonesia pada September 2025 kembali menunjukkan hasil positif, meski ada penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada bulan ini mencatat surplus sebesar US$ 4,34 miliar, menegaskan ketahanan ekspor-impor nasional di tengah tantangan global.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa meskipun surplus bulan ini lebih rendah dibanding Agustus 2025 yang mencapai US$ 5,49 miliar, kondisi tersebut tetap menunjukkan stabilitas perdagangan Indonesia. “Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Pudji.

Surplus pada September 2025 sebagian besar ditopang oleh komoditas non-migas, yang mencapai US$ 5,99 miliar, meskipun turun dari bulan sebelumnya yang tercatat US$ 7,15 miliar. Pudji menambahkan bahwa penyumbang utama surplus non-migas adalah sektor lemak dan hewan atau nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72). Kinerja positif dari sektor-sektor ini menunjukkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional masih terjaga.

Sementara itu, sektor migas masih mencatat defisit sebesar US$ 1,64 miliar, sedikit membaik dibanding Agustus 2025 yang mencapai US$ 1,66 miliar. Defisit migas terutama berasal dari perdagangan minyak mentah dan hasil olahannya, yang tetap menjadi tantangan bagi neraca perdagangan nasional. Pudji menjelaskan bahwa meski defisit migas masih ada, kontribusi surplus non-migas lebih dari cukup untuk menutupi, sehingga secara keseluruhan neraca perdagangan tetap positif.

Surplus perdagangan yang konsisten selama lebih dari lima tahun ini menjadi bukti stabilitas ekonomi Indonesia dan kemampuan negara dalam mempertahankan posisi ekspor di pasar global. “Meski ada fluktuasi bulanan, tren jangka panjang menunjukkan Indonesia mampu menjaga surplus perdagangan,” ujar Pudji.

Lebih rinci, surplus non-migas yang tercatat pada September 2025 menandai peran penting produk manufaktur dan komoditas strategis Indonesia. Sektor lemak dan hewan atau nabati, misalnya, mencerminkan permintaan global yang tetap tinggi untuk produk-produk pertanian olahan dan komoditas pangan. Bahan bakar mineral dan besi-baja juga menjadi penopang utama, menunjukkan ketergantungan dunia pada sumber daya alam dan logistik Indonesia yang efisien.

Di sisi lain, defisit migas yang terjadi menunjukkan Indonesia masih menghadapi tantangan struktural terkait ketergantungan pada impor minyak mentah dan pengolahan domestik yang belum mampu menutupi kebutuhan dalam negeri. Hal ini menjadi catatan penting bagi pemerintah untuk terus mendorong peningkatan produksi migas dan efisiensi konsumsi energi.

BPS juga mencatat bahwa surplus perdagangan ini berpengaruh positif terhadap posisi cadangan devisa Indonesia, memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta menjaga kepercayaan investor terhadap pasar domestik. Stabilitas ini penting untuk memitigasi risiko eksternal, termasuk fluktuasi harga komoditas global dan ketidakpastian ekonomi dunia.

Pemerintah, menurut Pudji, tetap memonitor secara ketat perkembangan neraca perdagangan agar dapat merespons perubahan global dengan cepat. Strategi yang diterapkan mencakup diversifikasi pasar ekspor, peningkatan kualitas produk ekspor, dan pengembangan industri hilir agar nilai tambah produk nasional meningkat.

Selain itu, data BPS juga menunjukkan perlunya penguatan sektor migas dalam jangka panjang. Pemerintah didorong untuk meningkatkan produksi energi domestik, mendorong efisiensi energi, dan memanfaatkan inovasi teknologi dalam eksplorasi dan pengolahan migas. Hal ini akan membantu mengurangi defisit migas sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.

Meski surplus September 2025 lebih rendah dibanding Agustus, tren jangka panjang tetap menunjukkan optimisme. Surplus perdagangan yang stabil selama lebih dari lima tahun menjadi indikator bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat, mampu menghadapi tekanan global, dan menjaga pertumbuhan ekonomi tetap berkelanjutan.

Dengan kondisi ini, BPS menekankan bahwa masyarakat dan pelaku bisnis perlu memahami dinamika perdagangan nasional. Surplus perdagangan non-migas menunjukkan peluang bagi eksportir untuk memperluas pangsa pasar global, sementara defisit migas menjadi sinyal bagi konsumen dan pengambil kebijakan untuk mendorong efisiensi energi dan diversifikasi sumber daya.

Secara keseluruhan, data BPS untuk September 2025 menegaskan bahwa Indonesia mampu mempertahankan surplus neraca perdagangan, meskipun terdapat penurunan nilai bulanan. Kinerja positif sektor non-migas menjadi penopang utama, sementara defisit migas menjadi catatan bagi strategi energi nasional ke depan. Tren ini memberikan gambaran bagi pemerintah dan pelaku ekonomi mengenai arah kebijakan perdagangan dan penguatan daya saing Indonesia di pasar global.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB