JAKARTA - Kemandirian Indonesia dalam bidang transportasi modern semakin menguat dengan kemajuan Kereta Cepat Whoosh.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) bersama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) terus melanjutkan program transfer knowledge, yang memungkinkan sumber daya manusia (SDM) nasional menguasai teknologi operasional dan perawatan kereta cepat pertama di Asia Tenggara.
Hingga Oktober 2025, sebanyak 513 SDM KAI atau 89 persen dari total 579 peserta program transfer knowledge Whoosh telah dinyatakan lulus. Mereka kini siap menjalankan pelimpahan peran dari tenaga ahli China Railway, yang sebelumnya mengelola operasional dan pemeliharaan kereta cepat.
Sementara itu, 66 SDM lain (11 persen) masih dalam tahap akhir sertifikasi dan penyusunan dokumen pendukung sebelum secara bertahap menerima pelimpahan peran.
"Program ini membuktikan kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai teknologi transportasi berkecepatan tinggi. Melalui pelimpahan peran ini, SDM KAI siap menjadi operator, inovator, dan pemimpin di sistem kereta cepat," ujar Anne Purba, Vice President Public Relations KAI.
Kolaborasi Indonesia–China
Program transfer knowledge Whoosh dilaksanakan dengan kolaborasi teknis antara tenaga ahli China Railway dan SDM KAI. Pelatihan mencakup bidang operasi, pemeliharaan sarana, serta perawatan prasarana seperti jembatan, sinyal, rel, komunikasi, sistem kelistrikan (OCS), dan peralatan berat.
Setiap peserta mengikuti pelatihan bertahap yang meliputi High-Speed Railway Training, On the Job Training (OJT), serta sertifikasi dari Kementerian Perhubungan. Materi disusun agar SDM KAI tidak hanya mampu mengoperasikan teknologi, tetapi juga memahami prinsip keberlanjutan dalam sistem transportasi masa depan.
"Pelatihan dirancang agar SDM KAI mampu mengoperasikan teknologi modern dan menanamkan nilai keberlanjutan dalam sistem transportasi masa depan," kata Anne.
Langkah ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4 tentang pendidikan berkualitas, dan poin 8 terkait pekerjaan layak serta pertumbuhan ekonomi.
Tonggak Penting Kemandirian Teknologi
Keberhasilan 513 SDM KAI menjadi tonggak penting dalam memperkuat kedaulatan teknologi Indonesia di sektor transportasi publik. Pelimpahan peran ini tidak sekadar penguasaan teknis, tetapi juga membangun kepercayaan diri dan pengalaman profesional bagi tenaga lokal.
Anne menambahkan, para SDM yang telah menerima pelimpahan peran kelak akan menjadi mentor bagi generasi baru di dunia perkeretaapian cepat. Hal ini menegaskan bahwa investasi terbaik bagi bangsa terletak pada pengembangan SDM unggul yang dapat menggerakkan inovasi nasional.
"Ke depan, para SDM yang telah menerima pelimpahan peran akan menjadi mentor bagi generasi baru di dunia perkeretaapian cepat. Mereka adalah bukti bahwa investasi terbaik bangsa terletak pada manusia yang menggerakkannya," jelas Anne.
Program Transfer Knowledge sebagai Strategi ESG
Pengembangan SDM unggul dalam program Whoosh juga menjadi bagian dari strategi Environmental, Social, and Governance (ESG) KAI. Program ini memperkuat aspek sosial dan ekonomi, sekaligus menjadi fondasi bagi sistem transportasi publik rendah emisi dan efisiensi energi, mendukung agenda Net Zero Emission 2060.
"Kereta Cepat Whoosh mencerminkan kemajuan teknologi dan perjalanan bangsa menuju kemandirian, keberlanjutan, dan kesejahteraan bersama," tutup Anne.
Dengan penguatan SDM, KAI tidak hanya menyiapkan operator, tetapi juga inovator yang mampu menerapkan teknologi modern dan keberlanjutan dalam pengelolaan transportasi berkecepatan tinggi.
SDM KAI: Operator, Inovator, dan Pemimpin
Program transfer knowledge Whoosh memberikan SDM KAI keterampilan multi-disiplin, mencakup aspek operasional, pemeliharaan, dan manajemen sistem kereta cepat. SDM yang terlatih akan mampu mengambil keputusan berbasis data real-time dan memastikan sistem kereta cepat berjalan aman, efisien, dan handal.
Selain itu, penguasaan teknologi oleh SDM lokal juga mengurangi ketergantungan pada tenaga ahli asing, sejalan dengan visi kemandirian bangsa di sektor strategis. Hal ini penting untuk memastikan Indonesia dapat mengelola sendiri transportasi berkecepatan tinggi, sekaligus mengembangkan inovasi teknologi nasional.
Keberlanjutan dan Efisiensi Energi
Program ini menekankan pentingnya nilai keberlanjutan dalam setiap tahap operasional. Mulai dari penggunaan energi efisien, manajemen limbah, hingga perawatan infrastruktur, SDM KAI dilatih untuk menerapkan praktik ramah lingkungan.
Integrasi prinsip keberlanjutan sejalan dengan standar global dan menjadi salah satu pembeda utama Kereta Cepat Whoosh sebagai proyek transportasi modern. SDM yang mengoperasikan kereta cepat tidak hanya fokus pada kecepatan dan keselamatan, tetapi juga pada efisiensi sumber daya.
Dampak Jangka Panjang
Keberhasilan program transfer knowledge juga menyiapkan generasi baru tenaga profesional Indonesia di bidang perkeretaapian cepat. Dengan 513 SDM yang siap beroperasi, teknologi modern dapat diteruskan ke generasi selanjutnya melalui mentoring dan pelatihan internal.
Kolaborasi Indonesia–China melalui KCIC menegaskan bahwa transfer teknologi bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga pembentukan kapasitas SDM untuk menjadi pemimpin, inovator, dan pengambil keputusan di industri kereta cepat.
Visi Indonesia Emas 2045
Program Whoosh sejalan dengan agenda Indonesia Emas 2045, yang menekankan pembangunan SDM unggul untuk mendorong kemandirian dan daya saing nasional.
Kereta Cepat Whoosh menjadi simbol kemajuan teknologi, kedaulatan, dan keberlanjutan, sekaligus sarana mempersiapkan Indonesia menghadapi transformasi transportasi global.
Dengan 513 SDM KAI yang siap mengoperasikan dan merawat Kereta Cepat Whoosh, Indonesia telah menunjukkan kemampuan menguasai teknologi transportasi berkecepatan tinggi. Program transfer knowledge tidak hanya menguatkan kemandirian, tetapi juga menyiapkan SDM lokal sebagai operator, inovator, dan pemimpin.
Pelatihan berbasis teknis, integrasi keberlanjutan, dan penerapan prinsip ESG menjadikan proyek ini sebagai tonggak penting bagi masa depan transportasi nasional. Keberhasilan ini menegaskan bahwa investasi terbaik bangsa adalah manusia yang mampu menggerakkan teknologi dan inovasi untuk kesejahteraan bersama.